BAB III KINEMATIKA ZAT CAIR
BAB
III
KINEMATIKA
ZAT CAIR;
3.1.ALIRAN INVISID DAN VISKOS
Aliran invisid adalah aliran dimana kekentalan zat cair, ยต,
dianggap nol(zat cair ideal). Sebenarnya zat cair dengan kekentalan nol tidak
ada di alam, tetapi dengan anggapan tersebut akan sangat menyederhanakan
permasalahan yang sangatkompleks dalam hidraulika. Karena zat cair tidak
mempunyai kekentalan maka tidak terjadi tegangan geser antara partikel zat
cair dan antara zat cair dan bidang batas.Pada kondisi tertentu, anggapan ยต=0
dapat diterima untuk zat cair dengan kekentalan kecil seperti air. Aliran
Invisid suatu fluida diasumsikan mempunyai viskositas nol. Jika viskositas nol
maka kondiuktivitas thermal fluida tersebut juga nol dan tidak akan terjadi
perpindahan kalor kecuali dengan cara radiasi. Dalam prakteknya, fluida
inviscid tidak ada, karena pada setiap fluida timbul tegangan geser apabila
padanya dikenakan juga suatu laju perpindahan regangan.
Aliran viskos adalah aliran di mana kekentalan
diperhitungkan (zat cair riil). Keadaan ini menyebabkan timbulnya tegangan
geser antara patikel zat cair yang bergerak dengan kecepatan berbeda.
Apabila zat cair riil mengalir melalui bidang batas yang diam, zat cair
yang berhubungan langsung dengan bidang batas tersebutakan mempunyai kecepatan
nol (diam). Kecepatan zat cair akan bertambah sesuaidengan jarak dari bidang
tersebut. Apabila medan aliran sangat dalam/lebar, di luar suatu jarak
tertentu dari bidang batas, aliran tidak lagi dipengaruhi oleh
hambatan bidang batas. Pada daerah tersebut kecepatan aliran hampir
seragam. Bagian aliranyang berada dekat dengan bidang batas, di mana terjadi
perubahan kecepatan yang besar dikenal dengan lapis batas (boundary
layer ). Di daerah lapis batas ini tegangangeser terbentuk di antara
lapis-lapis zat cair yang bergerak denga kecepatan berbedakarena adanya
kekentalan zat cair dan turbulensi yang menyebabkan partikel zat
cair bergerak dari lapis yang satu ke lapis lainnya. Di luar lapis
batas tersebut pengaruhtegangan geser yang terjadi karena adanya bidang batas
dapat diabaikan dan zat cair dapat dianggap sebagai zat cair ideal.
Gambar 3.1.Aliran Viskos dan Inviscid
3.2ALIRAN
KOMPRESIBEL DAN TAK KOMPRESIBEL
Semua fluida (termasuk zat cair) adalah kompresibel sehingga
rapat massanya berubah dengan perubahan tekanan. Pada aliran mantap dengan
perbuhan rapat massa kecil, sering dilakukan penyederhanaan dengan menganggap
bahwa zat cair adalah tak kompresibel dan rapat massa adalah konstan. Oleh
karena zat cair mempunyai kemampatan yang sangat kecil, maka dalam analisis
mantap sering dilakukan anggapan zat cair tak kompresibel. Tetapi pada aliran
tak mantap sering dilakukan melalui pipa di mana bisa terjadi perubahan
tekanan yang sangat besar, maka kompresibilitas zat cair harus diperhitungkan.
Bila kerapatan massa fluida berubah terhadap perubahan
tekanan fluida maka dikatakan aliran bersifat kompresibel. Sedang bila praktis
tak berubah terhadap perubahan tekanan yang ada dalam sistem, maka aliran itu
dikatakan bersifat tak kompresibel. Zat cair umumnya dapat dianggap mengalir
secara tak kompresibel sedang gas secara umum dipandang mengalir secara
kompresibel.Walaupu kasus-kasus tertentu mungkin aliran gas dapat pula
dipandang sebagai tak kompresibel, yaitu bila perubahan kerapatan massa dalam
sistem yang ditinjau praktis dapat diabaikan.
3.3.ALIRAN LAMINER
DAN TURBULEN
Aliran fluida mengikuti bentuknya,
sewaktu mengalir aliran fluida membentuk suatu jenis / bentuk. Jenis dan bentuk
dari pergerakan fluida adalah :
1.Aliran Laminar
Aliran laminar adalah aliran fluida yang membentuk
menyerupai garis lurus. Aliran
laminer terjadi apabila partikel-partikel zat cair bergerak teratur dengan
membentuk garis lintasan kontinyu dan tidak saling berpotongan. Aliran
laminer terjadi apabila kecepatan aliran rendah, ukuran saluran sangat kecil
dan zat cair mempunyai kekentalan besar.
2.Aliran
Turbulen
Aliran Turbulen adalah aliran fluida yang tidak membentuk
suatu garis lurus. Aliran ini terbentuk ketika menemui hambatan. Aliran dimana pergerakan dari
partikel – partikel fluida sangat tidak menentu karena mengalami percampuran
serta putaran partikel antar lapisan, yang mengakibatkan saling tukar momentum
dari satu bagian fluida kebagian fluida yang lain dalam skala yang besar. Dalam
keadaan aliran turbulen maka turbulensi yang terjadi membangkitkan tegangan
geser yang merata diseluruh fluida sehingga menghasilkan kerugian – kerugian
aliran. Pada aliran turbulen , partikel-partikel zat cair bergerak tidak
teratur dan garis lintasannya saling berpotongan. Aliran turbulen terjadi
apabila kecepatan aliran besar, saluran besar dan zat cair mempunyai
kekentalan kecil. Aliran di sungai, saluran irigasi/drainasi, dan di laut
adalah contor dari aliran turbulen.
Aliran yang angka Reynold (Re)-nya besar pada umumnya
bersifat turbulen.
………………………………………………………………………………….3.1
Dimana:
ฯ : kerapatan fluida
V : Kecepatan
l : panjang
karakteristik
ฮผ : viskositas
(a) Aliran
Laminar
(b) Aliran
Turbulen
Gambar Aliran Laminar
Gambar Aliran Turbulen
Gamabr 3.2.Aliran
laminar dan Aliran Turbulen
Dalam bidang keteknikan definisi dari kedua jenis aliran
fluida tersebut dapat dilihat pada jet dua dimensi, kincir angin, aliran dalam
pipa, dan aliran dalam dua plat sejajar atau aliran tiga dimensi yang lain
mempunyai perubahan bilangan Reynolds yang tidak stabil. Aliran yang laminar
memiliki bilangan Reynolds yang kecil dan relatif stabil, tetapi pada aliran
turbulen bilangan Reynoldnya besar dan relatif berubah pada setiap titiknya.
Untuk menjelaskan fenomena aliran turbulen kita dapat melakukan simulasi sehingga
dapat dljelaskan karakterisrik aliran turbulen tersebut.
Definisi Turbulen
Untuk menentukan suatu penentuan apakah suatu aliran
dikatakan laminar atau turbulen seperti dijelaskan diatas kita dapat
menggunakan pendekatan Bilangan Reynolds pada aliran tersebut. Bilangan
Reynolds adalah ukuran yang dimiliki aliran mengenai gaya inersia yang
diberikan dan gaya viskos yang dimiliki fluida. Apabila dalam lapisan batas
aliran tidak terjadi perubahan terhadap waktu dan aliran steady, maka dapat
dikatakan aliran tersebut laminar, sebaliknya jika alirannya random dan berubah
terus terhadap waktu secara radikal, maka aliran tersebut adalah aliran
turbulen atau lebih gampangnya setelah dihitung suatu aliran dikatakan turbulen
apabila Bilangan Reynoldnya > 2300. Kecepatan, tekanan dan berbagai sifat
lainnya akan berubah menjadi acak dalam aliran turbulen, seperti dapat dilihat
pada grafik dibawah ini :
Grafik Aliran vs Tekanan Grafik Variasi Kecepatan pada
aliran turbulen
Karakteristik aliran turbulen dapat dilakukan komputasi, dengan persamaan
menggunakan kecepatan rata-rata U dan fluktuasi dari u’(t) sehingga persamaan
kecepatan aliran menjadi :
Secara umum, karakteristik dari aliran turbulen ini dinotasikan sebagai kecepatan rata-rata (U,V,W,P dan lainnya) dan kecepatan yang berfluktuasi (y’,v’,w’,p’ dan lainnya).
Transisi dari
Aliran Laminar ke Turbulen
Penyebab suatu aliran laminar berubah menjadi aliran
turbulen adalah ketika stabilitas pada aliran laminar mengalami sedikit
gangguan (gaya) yang diberikan sehingga aliran tersebut menjadi tidak stabil.
Untuk menjelaskan fenomena tersebut terdapat teori hydrodynamic instability
yang digunakan untuk menganalisis aliran transisi ini. Suatu aliran dengan
kecepatan tertentu, didalamnya terdapat titik perubahan dapat terlihat pada
Gambar 2(a). Aliran ini tidak stabil karana gangguan yang diberikan dan jika
dihitung Reynolds angkanya cukup besar. Ketidakstabilan ini dapat
diidentifikasi pertama tentang aliran yang invicid oleh sebab itu tipe aliran
seperti ini disebut aliran inviscid instability.tipe aliran seperti ini terjadi
pada aliran jet, baling-baling, dan lapisan batas antara dua plat sejajar
dengan gradien temperatur yang berlawanan. Aliran dengan kecepatan yang laminar
tanpa adanya point of inflexion disebut viscous instability. Pendekatan tentang
aliran tipe ini dapat didekati dengan beberapa aliran seperti aliran
disepanjang dinding yang solid seperti pipa, dan lapisan batas tanpa adanya
gradien tekanan balik.
Transisi dari
Aliran Laminar ke Turbulen
Penyebab suatu aliran laminar berubah
menjadi aliran turbulen adalah ketika stabilitas pada aliran laminar mengalami
sedikit gangguan (gaya) yang diberikan sehingga aliran tersebut menjadi tidak
stabil. Untuk menjelaskan fenomena tersebut terdapat teori hydrodynamic
instability yang digunakan untuk menganalisis aliran transisi ini. Suatu aliran
dengan kecepatan tertentu, didalamnya terdapat titik perubahan dapat terlihat
pada Gambar 2(a). Aliran ini tidak stabil karana gangguan yang diberikan dan
jika dihitung Reynolds angkanya cukup besar. Ketidakstabilan ini dapat
diidentifikasi pertama tentang aliran yang invicid oleh sebab itu tipe aliran
seperti ini disebut aliran inviscid instability.tipe aliran seperti ini terjadi
pada aliran jet, baling-baling, dan lapisan batas antara dua plat sejajar
dengan gradien temperatur yang berlawanan. Aliran dengan kecepatan yang laminar
tanpa adanya point of inflexion disebut viscous instability. Pendekatan tentang
aliran tipe ini dapat didekati dengan beberapa aliran seperti aliran
disepanjang dinding yang solid seperti pipa, dan lapisan batas tanpa adanya
gradien tekanan balik.
3.4ALIRAN MANTAP DAN TAK MANTAP
Aliran mantap (steady flow) terjadi jika variabel dari
aliran (seperti kecepatanV, tekanan p, rapat massa r, tampang aliranA, debit Q,
dsb) disembarang titik pada zat cair tidak berubah dengan waktu.
Aliran tak mantap (unsteady flow) terjadi jika variabel
aliran pada setiap titik berubah dengan waktu. Contoh aliran tak mantap adalah
perubahan debit di dalam pipa atausaluran, aliran banjir di sungai, aliran di
estuari (muara sungai) yang dipengaruhi pasang surut. Analisis dari aliran
ini adalah sangat kompleks, biasanya penyelesainnya dilakukan secara
numerik dengan menggunakan komputer.
3.5.ALIRAN
SERAGAM DAN TAK SERAGAM
Aliran disebut seragam (uniform flow) apabila tidak ada
perubahan besar dan arah dari kecepatan dari satu titik ke titik yang lain di
sepanjang aliran. Demikian juga dengan variabel-variabel lainnya seperti
tekanan, rapat massa, kedalaman, debit, dsb. Aliran di saluran panjang dengan
debit dan penampang tetap adalah contoh dari aliran seragam. Aliran
seragam merupakan aliran yang tidak berubah berubah menurut menurut
tempat tempat. Konsep Konsep aliran seragam dan aliran kritis sangat
diperlukan dalam peninjauan aliran berubah dengan cepat atau berubah
lambat laun. Perhitungan kedalaman kritis dan kedalaman normal
sangat penting untuk menentukan perubahan
permukaan aliran akibat gangguan pada aliran.
Aliran tak seragam (non uniform flow) terjadi jika semua
variabel aliran berubah dengan jarak. Contoh dari aliran tak seragam
adalah aliran di sungai atau di saluran di daerah dekat terjunan atau bendung.
3.6.ALIRAN KRITIS, SUBKRITIS, DAN
SUPERKRITIS
Aliran
kritis merupakan kondisi aliran yang dipakai sebagai pegangandalam menentukan
dimesi bangunan ukur debit. Pada kondisi tersebut, yang disebutsebagai keadaan
aliran modular bilamana suatu kondisi debutnya maksimum danenergi spesifiknya
adalam minimum.
Fenomena
aliran modular pada pintu yang diletakkan di atas ambang untuk satu energi
spesifik yang konstan (E0) dapat diidentifikasi melalui 3 (tiga) kondisiseperti
berikut :
Gambar
Hubungan antara debit dan tinggi air pada kondisi energi spesifik konstan
Aliran
subkritis dan aliran superkritis dapat diketahui melalui nilai bilangan
Froude (F) . Bilangan Froude tersebut membedakan jenis aliran menjaditiga jenis
yakni: Aliran kritis, Subkritis dan superkritis (Queensland Department
of Natural Resources and Mines, 2004). Ketiga jenis aliran dapat
dijelaskan sebagai berikut:
a) Aliran kritis, jika bilangan
Froude sama dengan 1 (Fr = 1) dan gangguan permukaan (cth: riak yang
terjadi jika sebuah batu di lempar ke dalam sungai)tidak akan bergerak/menyebar
melawan arah arus.
b) Aliran subkritis, jika bilangan
Froude lebih kecil dari 1 (Fr<1). Untuk aliransubkritis, kedalaman biasanya
lebih besar dan kecepatan aliran rendah (semua riak yang timbul dapat
bergerak melawan arus). Kecepatan air < kecepatangelombang hulu aliran
dipengaruhi pengendali hilir.
c) Aliran superkritis, Jika bilangan
Froude lebih besar dari 1 (Fr>1). Untuk aliransuperkritis kedalaman relatife
lebih kecil dan kecepatan relative tinggi (segala riak yang ditimbulkan
dari suatu gangguan adalah mengikuti arah arus. Kecepatan air >
kecepatan gelombanghulu aliran tidak dipengaruhi pengendali hilir.
Gambar Gelombang Kritis, Subkritis, dan Superkritis
Contoh penerapan aliran kritis, subkritis dan superkritis
yaitu Aliran Melalui Pintu Sorong / Gerak. Kondisi aliran melalui pintu sorong
(Sluice gate) akan tampak jelas apakah dalam kondisi aliran bebas atau
tenggelam, tergantung dari kedalaman air di hilir pintu yang secara bergantian
ditentukan oleh kondisi aliran dihilir pintu tersebut. Kondisi aliran bebas
( free flow) dicapai bila aliran di hulu pintu adalah sub kritis, sedangkan
aliran di hilir pintu adalah super kirtis.
Referensi
Komentar
Posting Komentar